As salam buat blogger sekalian...
Ini ana dedahkan cerita disebalik kenapa Marshanda bertudung.. dibawah ini adalah petikan tulisan beliau di blog peribadinya ..jum baca.
Selamat malam semuanya. Hope u all had a good saturday.
Well, dalam tulisan kali ini saya cuma mau mengklarifikasi berita-berita yang bilang kalo saya pake jilbab setelah saya mimpi kiamat. Sebetulnya statement itu nggak salah, karena memang benar selama beberapa minggu sebelum saya memutuskan untuk pake jilbab, saya sering banget mimpi dunia ini kiamat. Those dreams felt so real, dan terjadi 5 malam berturut-turut dalam seminggu. Di dalam mimpi yang kesatu, dua, dan tiga saya melihat keluar lewat jendela kamar saya ombak setinggi puluhan meter yang sedang mengarah ke rumah saya. Saya melihat terjadinya tsunami dan itu bener-bener menyeramkan. Yang saya tahu dalam mimpi, kalo saat itu sedang terjadi hari kiamat dan saya merasa takut, dipikiran saya dalam mimpi “Ya allah, sekarang ini kiamat, sementara dosa gw tuh banyak banget, kalo saya mati sekarang it’s for sure pasti saya masuk neraka.” Dan tiap saya bangun pagi setelah mengalami mimpi itu pasti saya kepikiran mimpi itu sampe seharian.
Tapi anehnya, beberapa hari setelahnya tiap malam pasti saya mimpi yang sama. Tapi bedanya di malam keempat dan kelima, saat saya mellihat tsunami dari jendela kamar saya, saya kontan langsung masuk kamar mandi dan ambil air wudhu berniat mau shalat 2 rakaat. Tanpa pikir ini itu saya berharap kalo misalnya rumah saya hancur terhempas ombak dan saya mati, seenggaknya saya lagi dalam keadaan shalat, dan setahu saya kalau kita mati dalam keadaan shalat kita mati sahid. Itu pikiran pendek saya saat dalam mimpi.
Saya juga nggak tahu kenapa saya mimpi tsunami itu sampai berhari-hari. All i know, kalau mimpi itu terus mengingatkan saya akan dosa-dosa saya, dan saya jadi beneran mikir, kalo kiamat betulan akan terjadi sebentar lagi, apa coba yang bisa saya lakukan supaya saya mati terhindar dari neraka. Dan memang benar beberapa hari setelah saya mimpi kiamat itu, saya akhirnya memutuskan untuk pakai jilbab. TAPI, there’s a whole other story behind my decision of me finally wearing jilbab. Mimpi kiamat bukanlah alasannya.
Sejak beberapa bulan lalu, saya lagi sering menyempatkan diri untuk mengaji kalau lagi break dari shooting. Entah mengaji dengan keluarga saya atau mengaji dengan keluarga Ben. Dan semakin hari, saya semakin banyak dapat pengetahuan lebih banyak tentang agama. Pengetahuan yang saya belum tahu sebelumnya. Dan semakin hari saya semakin sadar betapa pentingnya menjadi hamba Allah yang pandai bersyukur. Karena hanya dengan sering bersyukur kita dapat merasakan kebahagiaan sejati dalam hidup. Mau kita sekaya Oprah atau Donald Trump kek, duit sampe nggak kehitung, banyak yang mengelu-elukan, dan sukses luar biasa, kalo nggak punya rasa syukur, pasti akan lost dalam hidupnya. Tidur malam nggak tenang, sering gelisah, selalu merasa tidak cukup dalam banyak hal. Padahal yang sudah dikasih Allah ke kita waaah sangat banyak dan patut disykuri. Kita jadi nggak pernah merasa bahagia. Dan itulah sebenarnya yang sering saya rasakan beberapa tahun terakhir sebelum sekarang. That’s me. That was me. Saya adalah seorang anak remaja yang sangat gigih dan ambisius, punya banyak cita-cita. Pengen jadi ini, pengen jadi itu. Wah penghargaan apapun nggak cukup deh (cieh, kesannya awards yang gw dapet banyak amat, hihi..!). Tapi pernah, dulu di tahun 2004 saya dapat suatu penghargaan yang namanya “The Most Brilliant Person in Asean Awards 2004” dan percaya atau tidak, di malam di mana mama saya ngasih tau kalau saya memenangkan awards itu, saya cuma baca surat yang diberikan dari company/lembaga yang berwenang atas pemberian awards itu, dan masyaallah, kalo nggak salah saya cuma bilang “Oooh..” terus udah! Saya keluar kamar mama saya kembali ke kamar saya, tanpa perasaan senang yang sepatutnya dirasakan, tanpa loncat-loncat kek, kegirangan gitu. Bahkan tanpa perasaan bangga. Saat itu saya sama sekali nggak menghargai penghargaan itu. Saya tidak bersyukur sedikitpun atas pencapaian saya. What an arrogant little girl! Don’t u think..? Bukannya arogan sama orang lain atau siapa, tapi sangat arogan sekali saya sama Yang Maha Kuasa, Yang Maha Memberi. Sama sekali saya nggak bersyukur kepadanya.
Dan sampai berbulan-bulan setelahnya saya selalu saja berfokus pada apa yang tidak saya miliki. Pada hal-hal yang belum saya capai. Dan saat saya gagal, suara-suara di kepala saya langsung menjatuhkan diri saya sendiri dan saya selalu menganggap diri saya ‘payah’ dan saya anggap kebiasaan seperti itu bisa memotivasi saya supaya bisa bangkit dan nggak gagal lagi. And i was wrong. I was sooo….WRONG! Memotivasi diri sendiri bukanlah dengan menganggap diri kita payah. Memotivasi diri sendiri sesungguhnya adalah dengan berpikiran positif dan menganggap bahwa diri ini ‘bisa’. Dan satu hal lagi yang paling penting, doa yang berkualitas. Doa yang bersungguh-sungguh. Jangan hanya doa komat kamit tapi jauh dalam lubuk hati nggak dirasakan. Selama kita berusaha, berpikiran positif dan berdoa, maka sisanya biarlah Allah yang membawa kita ke garis finish kita. Dan itu ada 2, bisa berarti sukses atau berhasil, bisa juga gagal. Tapi kalau gagal pun bukan berarti kita payah dan berarti dunia kiamat. Tidak. Allah sayang sama kita, makannya kita dikasih pengetahuan bahwa masih ada yang bisa kita perbaiki dalam diri kita, atau memang belum waktunya kita mendapatkan keberhasilan tersebut, apapun itu. Percayalah, bahwa segala sesuatu akan indah pada waktunya. And that saying is true! Believe me.
Kembali lagi ke awal, semakin saya sadar bahwa rasa tidak bersyukur akan menyesatkan kita, semakin saya belajar mengucap syukur pada kebaikan-kebaikan dari yang sekecil apapun. Dan hasilnya terbukti saya semakin merasa bahagia dan semakin merasakan kasih sayang Allah pada saya. Sampai pada suatu malam saya membuat puisi yang berikut ini di jalan pulang habis shooting:
Dan Kau memanggilku….
Untuk duduk mendekat di pangkuan cahayamu…
Dan kau mengajarkanku….
untuk menangis atas tawa sejati….
Mendengar dentingan nada langkahmu…
yang menunjukkan arahku…….
Genggaman tangan yang engkau ulurkan lewat dirinya……….
Kau ajarkan aku mengisak karena dosa….
Namun kau mengajarkanku anugerah terindah……..
Jawabanmu…..atas segala risau…
Lewat dirinya engkau mengasihiku…..
Sungguh hamba menangis hamba baru mengerti…..
Dialah tanganmu…..cinta kasihmu setiap hari yang kau beri untuk hamba…….
Masyaallah engkau begitu besar……
begitu maha mencintai……
Dan hari ini kau beri jawaban segala istikharahku……
Dengan aliran air mata ini…..
Subhanallah…..kaulah maha pecinta sejatiku…..
Jagalah kami ya Allah…….
Terimakasih karena engkau telah menjadikan semuanya makin indah………
Dialah masa depanku…. Dialah penjaga hatiku…..
Dialah hidupku………insyallah…semua terjadi atas kuasamu..
Terima kasih atas mimpi pernikahan yang kau ciptakan untuk kami…..
Surga dunia kami saat itu terjadi kelak….
Allahuakbar engkaulah maha segalanya….
Alhamdulillah hamba kau beri rasa cinta untukmu ini…
untuk membalas cintamu pada hamba…..ya Allah……
Saya menangis saat saya nulis puisi itu di hp. Saya baru menyadari betapa besar kasih sayang yang Allah berikan pada saya, terutama dari orang-orang terdekat saya yang sangat sangat mencintai saya dan menerima saya apa adanya. Dan ya, beberapa minggu setelahnya, saya merasa dalam hati bahwa sekarang sudah saatnya untuk saya mengenakan jilbab, untuk setidaknya ‘membalas’ kebaikan dan kasih sayang Allah dengan semampu saya, dengan menaati perintahnya. Malam itu saya merasa saya sangat cinta pada Allah dan perasaan yang saya rasakan berada sangat jauh dalam lubuk hati saya, dan rasa syukur itu sampai terasa mengalir lewat nadi-nadi saya. Dan sampai hari ini, saya pun masih terus berkeinginan dan berusaha supaya bisa terus merasakan kasih sayang Allah dan rasa syukur seperti demikian.
Karena menurut saya, “connection” dengan yang Diatas bukanlah sesuatu yang dapat dengan mudah terus kita rasakan. Sebagai manusia yang tidak sempurna,connection tersebut kadang ‘sinyalnya bagus’ kadang ‘sinyalnya buruk’, maksudnya kadang connect kadang tidak gituh. Jadi itu merupakan sesuatu yang harus kita maintain, harus kita jaga dengan shalat, ngaji, beramal baik, dan berdoa. Dari sebuah ayat qur’an atau hadits yang pernah saya dengar dan baca, kalau kita berusaha mendekatkan diri pada Allah, maka Allah akan lebih mendekatkan diriNya lebih banyak lagi pada kita.
Jadi begitulah cerita dibalik kenapa saya memutuskan untuk mengenakan jilbab, insyaallah bisa seterusnya hingga hari akhir saya di dunia. Amin.
Semoga Allah selalu dapat membuka mata kita hamba-hambaNya untuk dapat melihat kasih sayangnya pada kita. Dan supaya kita menjadi hambaNya yang pandai bersyukur.
Amin.
Pesanan dari Marshanda;
p/s; Ya gitulah ceritanya.. apa pun yang kita lakuin kalo ati ato niat udah baik pasti Allah akan bantu kok.. dan 1 hal lagi.. even kita merasakan diri kita kagak solehah ato jahil.. tapi kita b'sungguh mau jadi yang lebih baik.. dan sentiasa mendekatkan diri kita ama perkara yang baik2 udah pasti lama kelamaan kita jadi terikut gitu.. contohnya seperti ukhti Chaca (Marshanda) ini.. lihatkan banyak sekali filem2 keagamaan yang dibintanginya.. meskipun ati kita hanya separuh gitu tapi bila kita sentiasa melakukan dan mencontohi yang baik maka insya'Allah tempiasnya bisa dirasa..dan ana bersyukur banget bisa ngelihat ukhti Chaca berjilbab.. (Aduh.. ana pulak yang cakap indon..hehe..)
Tiada ulasan:
Catat Ulasan